Beranda | Artikel
Membaca Pesan Virus Covid-19 Dan DBD
Selasa, 21 April 2020

MEMBACA PESAN VIRUS COVID-19 DAN DBD

Oleh
Dr. Abidinsyah Siregar,DHSM,MKes

Ketahahan Nasional bidang Kesehatan dalam tantangan (Ancaman).

Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar (Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN/ Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Anggota Tim Nasional Pengendalian Pandemi Flu Burung H5N1/ Ketua Bidang Orbinda IKAL Lemhannas)

Ada DUA virus sedang menjadi topik jagat Indonesia, hampir bersamaan sedang menyasar manusia. Keduanya meresahkan dan mematikan.
Mereka berbeda, ada yang sekali terjadi, ada yang berulang kali, inangnya berbeda dan pola penyebarannya pun berbeda.

CORONA VIRUS (COVID-19) YANG MERESAHKAN
Virus yang mengglobal dan bahkan pandemik adalah Corona Virus Disease (Covid) 2019 atau Covid-19.

Kini menjangkau lebih 210 Negara. Menginfeksi dan positif lebih 2 juta orang, menyebabkan kematian mendekati 130.000 orang (dengan Case Fatality Rate 6,3 %), terjadi dalam satu waktu yang masa transmisi bisa 1-2 tahun dan hilang (selamanya).

Menyebar sesuai mobilitas manusia. Semakin banyak manusia berkeliaran, berkerumun, tidak pakai masker dan tidak rajin cuci tangan pakai sabun, maka pasti dan pasti akan terjadi ledakan besar pertambahan kasus baru. Karena sang virus Covid-19 sangat mudah berpindah.

Angka kematian totalnya kecil, bervariasi antara 2-4 %. Uniknya dibawah usia 13 tahun angka kematian nyaris 0%.

Sasaran resiko tinggi adalah yang berusia diatas 40 tahun. Semakin bertambah usia semakin besar probabilitas kematiannya apalagi jika ada penyakit kronis seperti penyakit jantung, penyakit paru, diabetes.

Sang virus masuk kedalam tubuh manusia melalui 2 cara yakni melalui tangan memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita Covid-19. Atau terhirup percikan ludah (droplets) dari bersin atau batuk penderita Covid-19

SEDERHANA dan MUDAH proses transmisinya. Makanya tidak heran jika begitu banyak manusia yang terkena dan begitu luasnya wilayah dunia yang terpapar.

Saat ini kasus Indonesia terkonfirmasi positif virus covid-19 sebanyak 5.516 orang (bertambah 380), dengan kematian 496 orang (9,0 %) dan sembuh 548 orang.

Yang membuat virus ini meresahkan, karena sang virus tidak terlihat mata, bersembunyi sebagai carrier (penumpang) dalam tubuh manusia dan/atau menempel pada manusia.

Orang tidak mampu membedakan yang terinfeksi diantara kerumunan.
Penyebaran virus melalui 3 cara yaitu : local transmission, imported cases only, dan community spread.
Proses penyebaran komunitas (community spread) cukup memprihatinkan, sebab seseorang bisa terinfeksi dengan tanpa sadar, kapan dan dimana hal itu terjadi.
DR.Pandu Riono, epidemiolog UI, mengatakan bahwa 90% orang terinfeksi covid-19 itu tanpa gejala.

VIRUS AEDES AEGYPTI YANG MEMATIKAN
Nyamuk Aedes Aegypti adalah vektor/inang pembawa virus demam berdarah dengue yang memiliki kelenjar ludah dan menghisap darah untuk bertahan hidup. Sang nyamuk mendapat virus DBD dari penderita DBD lainnya, yang terikut bersama darah yang dihisap.
Selanjutnya sang nyamuk hinggap pada orang lain yang sehat. Saat akan menghisap darah, kelenjar ludahnya yang sudah mengandung virus disemprotkan lebih dahulu kedalam kulit yang ditusuk sang nyamuk.

Nyamuk yang terinfeksi virus, akan membutuhkan darah lebih banyak sehingga akan menghisap darah berulang-ulang dari satu manusia ke manusia lainnya.

Aedes aegypti, terlihat jelas dimata, tubuhnya berwarna hitam bertotol putih, biasanya terbang dipagi hari dan sore hari.
Sehingga yang sering disasar adalah anak-anak, terutama anak usia sekolah dibawah 13 tahun, yang umumnya suka bermain kesana kemari.

Nyamuk ini berkembang dalam media biakan di genangan air bersih, yang diwadahi berbagai barang BEKAS seperti ban bekas, kaleng bekas, gelas bekas, yang biasa di pojok-pojok lembab atau semak. Kadang juga di talang air yang tersumbat dan tergenang. Atau didalam rumah, di bak atau kolam kecil yang jarang dikuras.

Jelas ada faktor KELALAIAN manusia yang seharusnya bisa memutus mata rantai pembiakannya.

Orang yang terpapar virus Aedes Agypti akan mengalami demam, kehilangan nafsu makan, rasa kelelahan, mual atau muntah, nyeri dibelakang mata, nyeri sendi dan tulang, kadang diikuti sakit kepala dan nyeri tenggorokan.
Bedanya dengan Covid-19 tidak ada sesak nafas atau gagal nafas.

Nyamuk Aedes aegypti selalu ada sepanjang tahun. Keadaan semakin berat sejalan dengan terjadinya pemanasan global.

Kasus DBD di Indonesia pada triwulan pertama tahun 2020 sudah mencapai hampir 18.000 kasus, jauh lebih banyak dibandingkan dengan kasus positif Covid-19 pada waktu yang sama.

Kematian di Indonesia sudah lebih 170 orang, paling banyak terjadi di NTT (3.483 kasus dengan kematian 47 orang), Jawa Barat (4.600 kasus dengan kematian 16 orang), dan Jawa Timur (2.016 kasus dengan kematian 20 orang) sehingga ketiga Provinsi diberi status zona merah DBD. Ada banyak Provinsi dalam zona kuning.

Kelompok usia paling beresiko adalah usia 5-14 tahun dan kemudian usia 15-44 tahun.

MULTY BURDEN DISEASE
Telah terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM)sebagai akibat transisi demografi dan epidemiologi.
Data Balitbangkes tahun 1990 menyebutkan bahwa PTM sekitar 30 %, dan ditahun 2019 sudah diatas 70 %.

Ini menjadi beban besar dan merubah tatakelola pelayanan kesehatan.

Tetapi masih ada beban lain menyusul, penyakit TBC dan Malaria yang semula sudah terkendali, meningkat tajam (Re-emerging disease) . Sementara penyakit baru yang belum pernah ada sebelumnya seperti HIV/Aids, Flu Burung, SARS, Mers.Cov dan kini Covid-19 semakin membebani sebagai New Emerging Disease.

Kualitas kesehatan kita (termasuk kemampuan ekonomi dan pendidikan) digambarkan dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Indonesia yang dipublikasikan oleh PBB untuk tahun 2019 pada posisi 111 dari 189 Negara. Di antara negara ASEAN, Indonesia diurutan ke 6.
Kita pernah mencapai posisi terbaik, nomor 95 ditahun 1995 hingga tahun 2000.

ADAKAH PESAN SANG VIRUS
Tidak ada pesan spesial.
Tetapi serangannya memberi CATATAN penting bahwa Ketahanan Nasional kita dibidang Kesehatan masih lemah.

Begitu ada serangan penyakit menular tampak sangat merepotkan dan banyak makan korban.

Kemampuan manajerial tampak lemah karena kurang memanfaatkan para peneliti, epidemiolog dan ahli statistik kesehatan, yang semua bisa membaca sebelum terjadi.

Manusia dengan kelebihannya yang digaransi Sang Pencipta sebagai “..sesempurna sempurnanya ciptaan”. Dalam makna kesempurnaan itu, manusia siap menghadapi tantangan hidupnya.
Jika sampai dalam keterbatasan manusia diberi kemampuan sosial untuk berkolaborasi.

Dalam kesempurnaan itu, manusia diciptakan sebagai ‘khalifah”. Dalam jabatan itu, manusia diberi tugas mulia untuk MEMIMPIN dalam area kewenangan yang diamanatkan padanya. Setidaknya menjadi pemimpin bagi diri sendiri.

Sang Pencipta, akan MEMINTA pertanggungjawaban dari apa yang dipimpin.

Hal kedua, manusia diberitugas mulia sebagai “rahmatan lil’alamin”, menjadi penebar kasih sayang bagi lingkungan kehidupannya.

Semangat sosialnya digerakkan firman Tuhan : “menolong sesama adalah sama dengan menolong seisi dunia”.

وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.[Al-Maidah/5:32]

Suksesi sangat dimotivasi oleh pemahaman setiap manusia akan misi nya diciptakan oleh Tuhannya.

Andai SIKAP sebagai “Khalifah” dengan jiwa pengabdian “Rahmatan lil’alamin” menjadi karakter kemanusiaan kita, maka bangsa ini, bahkan dunia akan hidup sehat, damai, bahagia, dan tanpa penyaklit, tanpa peperangan.

Pesan abadi
“Health is not everything, without health everything is nothing”..

Itulah pesan sang Virus yang nyaris tak terdengar..

Jakarta, 16 April 2020, jam 22.00
Dr.Abidin/GOLansia.com/Kakan-kesehatan.com
Sumber : hajinews


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/15151-membaca-pesan-virus-covid-19-dan-dbd.html